Senin, 31 Agustus 2009

Ramadhan, Pemuda Muslim Perancis Jadi Alim

PARIS--selama 11 bulan dalam setahun, remaja Muslim Perancis, bisa jadi merokok ganja, menenggak alkohol atau terlibat dalam perilaku tak bermoral lain. Namun begitu Ramadhan tiba, pemuda muslim Perancis yang masih doyan melakukan hal-hal tersebut pun merasa memiliki bulan suci tersebut.

"Coba lihat anak-anak muda itu, mereka menggunakan narkoba, minum alkohol dan hampir setiap tahun berbicara dalam bahasa kasar," ujar seorang aktivis Muslim di Paris utara, Rachid Abu Zareaah, mengacu pada kelompok pemuda Muslim di suburb, Quatre Vents. "Namun begitu Ramadhan tiba, mereka menjadi malaikat," imbuh Rachid.

Di penjuru negara Eropa banyak pemuda Muslim Perancis meninggalkan perbuatan maksiat dan menyatakan perang terhadap perbuatan dosa dan godaan selama Ramadhan. Di Perancis sendiri, puasa dimulai pada 22 Agustus lalu.

Rachid mengatakan selama Ramadhan, pemuda Muslim mengubah perilaku buruk mereka dan benar-benar sadar menahan diri. "Mereka secara drastis berubah menjadi asketik dalam kesucian Ramadhan,"

"Bahkan para pengeder narkoba menjauhi aktivitas tersebut dan berganti berjualan parfum atau ornamen islami," tutur Rachid. "Kata-kata kasar juga hilang. Alih-alih anda hanya dapat mendengar mereka berdoa, memuji dan berdoa mohon ampunan pada Allah,"

Sejumlah survei baru-baru ini juga membenarkan pengaruh Ramadhan terhadap pemuda Muslim Perancis. Dalam sebuah studi terbaru dari pusat CSA, mengatakan lebih dari 90 persen pemuda Muslim di atas 18 tahun menjalankan kewajiban puasa. Pusat studi IFOP juga menyatakan dalam sebuah laporan bahwa 70 persen pemuda Muslim berpuasa saat Ramadhan.

Para pemuka Muslim di negara itu juga mengamini bahwa fenomena penghormatan terhadap Ramadhan karena pemuda masih memiliki akar Muslim. "Memenuhi kewajiban Ramadan memberi pemuda Muslim perasaan memiliki yang mereka butuhkan," ujar kepala Dewan Muslim Perancis (FCMC), Mohammed Mousawi.

"Itu membuat mereka merasa bahwa mereka memiliki latar belakang berbeda, akar berbeda dari semua masyarakat Perancis," ujarnya. Mousawi mengatakan pemuda Muslim Perancis pun menderita hal sama dalam krisis kebudayaan, sosial dan ekonomi seperti yang dialami kaum muda Barat.

"Namun pada saat Ramadhan, umat Muslim menyadari bahwa ada perbedaan antara mereka dan pemuda Perancis lain," ujarnya. "Mereka beralih ke identitas berbeda, meskipun hanya sebulan dalam setahun,"

sumber: Republika.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar demi BKMI yang lebih baik...