Senin, 17 Agustus 2009

RS Indonesia di Gaza Bantu Diplomasi Perdamaian


Jakarta - Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Palestina yang digagas antara rakyat dan pemerintah Indonesia, kini tengah dimatangkan persiapan peletakan batu pertama pembangunannya dinilai akan membantu upaya-upaya diplomasi perdamaian.

Benang merah itu, seperti dilaporkan ANTARA, terangkum dalam pertemuan yang dilaksanakan berbagai pihak terkait di Jakarta, Kamis, yang diprakarsai oleh Pusat Pengendalian Krisis Departemen Kesehatan (Depkes).

Pertemuan itu diikuti oleh Kepala PPK Depkes dr Rustam S Pakaya beserta jajarannya, Direktur Timur Tengah Departemen Luar Negeri (Deplu) Aidil Chandra Salim, dr Joserizal Jurnalis, SpOT dan Ir Faried Thalib dari "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia, serta Deputi Mensesneg Bidang Dukungan Kebijakan Ibnu Purna Muchtar, SE, MA.

Menurut Joserizal Jurnalis, bantuan kesehatan berbentuk RS, terlebih dengan nama RS Indonesia, jelas mempunyai risiko politik yang lebih kecil dibandingkan dengan bantuan wujud lain, terlebih bila dikaitkan dengan konteks politik, dimana Israel sebagai pihak yang menduduki Jalur Gaza selalu mengontrol dengan ketat bantuan-bantuan yang ada.

"Bila bantuan berupa uang tunai secara langsung ataupun bahkan obat-obatan dalam jumlah besar, kemungkinan tingkat kecurigaan (Israel) bahwa bantuan itu akan disalahgunakan lebih besar," katanya.

Ia memberi rujukan bahwa Uni-Eropa sudah mampu mewujudkan bantuan pembangunan RS di Jalur Gaza, sehingga hal itu menjadi penguat bahwa RS Indonesia yang akan dibangun diyakini juga bisa dilaksanakan.

Sementara itu, Aidil Chandra Salim --dengan merujuk laporan dari Kedubes Indonesia di Kairo, laporan media massa dan juga hasil pertemuan dengan Dubes Mesir untuk Indonesia--memberikan gambaran bahwa satu-satunya pintu perbatasan dimana akses orang dan barang bisa masuk tanpa kehadiran fisik pasukan Israel memang hanya di Rafah, yang terbagi atas Rafah Mesir dan Rafah Jalur Gaza.

Hanya saja, kata dia, meski di Rafah pihak yang berwenang untuk membuka dan menutup pintu perbatasan adalah Mesir dan Palestina, namun karena Jalur Gaza adalah wilayah yang diblokade Israel, maka tekanan-tekanan Israel juga masih berpengaruh.

"Kondisi itulah yang mungkin menjadi hambatan lalu-lintas masuknya barang untuk membangun rumah sakit itu," katanya.

sumber: www.sabili.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan komentar demi BKMI yang lebih baik...